Advertisement
Orang Tua dan Siswa Klaten Kompak Tolak Enam Hari Sekolah
Foto siswa SMA./ Ilustrasi dibuat menggunakan Artificial Intelligence ChatGPT
Advertisement
Harianjogja.com, KLATEN— Sejumlah pelajar SMA di Klaten bersama para orang tua siswa menyatakan keberatan dengan rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menerapkan kebijakan enam hari sekolah dalam sepekan. Mereka menilai skema lima hari sekolah yang selama ini berjalan jauh lebih efektif bagi siswa.
Salah satu pelajar SMA di Klaten, Sheli, 17, mengaku lebih setuju jika Pemprov tetap mempertahankan lima hari sekolah untuk jenjang SMA/SMK. Menurutnya, kegiatan belajar hingga Sabtu justru membuat aktivitas organisasi menjadi terganggu.
Advertisement
“Kalau dijadiin enam hari sekolah itu kurang efisien. Terutama saya yang ikut kegiatan organisasi,” kata Sheli saat ditemui di Klaten Tengah, Sabtu (22/11/2025).
Sheli menjelaskan, hari Sabtu selama ini digunakan untuk kegiatan organisasi atau berkumpul dengan keluarga. Jika harus masuk sekolah, kegiatan organisasi berpotensi bergeser ke hari Minggu yang semestinya menjadi waktu istirahat.
BACA JUGA
“Kalau Sabtu dipakai sekolah, otomatis rapat organisasi bisa pindah ke Minggu. Padahal Minggu itu untuk istirahat,” ujarnya.
Ia menilai pembelajaran satu hari penuh lebih efektif dibandingkan sistem setengah hari selama enam hari. “Di sore harinya malah mending sekalian full belajar di sekolah. Sabtu-Minggu ada waktu cukup untuk istirahat. Kalau setengah hari terus, capainya enggak hilang,” jelas pelajar SMAN 1 Prambanan Klaten itu.
Pelajar lainnya, Zain, 16, juga tak sepakat dengan rencana tersebut. Ia menilai lima hari sekolah memberikan waktu istirahat yang seimbang sekaligus ruang untuk kumpul keluarga maupun kegiatan organisasi. Menurutnya, banyak siswa lain di sekolahnya memiliki pandangan serupa.
“Iya, guru sempat menyinggung soal enam hari sekolah di sela pembelajaran. Tetapi semuanya enggak cocok,” kata pelajar SMAN 1 Karanganom itu.
Penolakan juga datang dari orang tua siswa. Dwitya, 40, warga Desa Tegalyoso, Klaten Selatan, menilai enam hari sekolah justru meningkatkan risiko kelelahan pada anak.
“Tidak setuju. Karena setiap hari pelajaran semakin sulit, sudah sampai sore, misal ada tugas tambahan sudah sampai Magrib. Anak kurang istirahat, takutnya badan capai, tidak fokus,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemprov Jateng tengah mengkaji penerapan enam hari sekolah. Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin, menyampaikan bahwa kebijakan lima hari sekolah awalnya dibuat agar anak memiliki waktu bersama keluarga. Namun, kajian terbaru menunjukkan sebagian besar orang tua bekerja enam hingga tujuh hari sehingga anak memiliki satu hari tanpa pengawasan.
“Dengan lima hari sekolah, anak memiliki dua hari libur sehingga ada satu hari tanpa pengawasan,” ujar Gus Yasin dalam acara Gebyar Hari Santri JPPPM di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Kamis (2/10/2025).
Ia menegaskan tujuan utama Pemprov adalah memastikan perlindungan anak. Penerapan enam hari sekolah dinilai dapat meminimalkan potensi siswa terpapar hal negatif ketika berada di luar pengawasan orang tua. Namun keputusan akhir masih menunggu masukan para pakar pendidikan, perguruan tinggi, dan dewan.
Seiring mencuatnya wacana itu, penolakan muncul dari masyarakat hingga petisi daring. Gus Yasin menegaskan seluruh masukan, termasuk penolakan, akan menjadi bahan pertimbangan sebelum kebijakan diputuskan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : espos.id
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kementan Ungkap Pelanggaran Pupuk Subsidi dan Pungli Alsintan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




