Advertisement
Borobudur Moon Digelar Lagi, Siap Tampilkan Keroncong dan Tari Kolosal
Bupati Magelang, Grengseng Pamuji (kanan), dan para narasumber dalam konferensi pers yang digelar di Rumah Dinas Bupati Magelang, Sabtu (13/12). - Harian Jogja/Nina Atmasari
Advertisement
Harianjogja.com, MAGELANG-- Pada pengujung tahun 2025 ini, agenda wisata Borobudur Moon akan digelar lagi di Taman Lumbini, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Selasa (16/12/2025). Pergelaran kali ini akan menjadi spesial karena menampilkan Indonesia Keroncong Festival (IKF).
Dalam konferensi pers yang digelar di Rumah Dinas Bupati Magelang, Sabtu (13/12), Creative Director IKF 2025, Didit Novianto menjelaskan IKF berkolaborasi dengan kegiatan Borobudur Moon setelah Bupati Magelang, Grengseng Pamuji memperbolehkan IKF digelar di Magelang, dengan catatan asal gratis. "Jadi masyarakat gratis akses masuk ke Taman Wisata Borobudur mulai jam 18.00 WIB," katanya dalam konferensi pers, Sabtu (13/12/2025).
Advertisement
IKF 2025 mengangkat tema Serenade Nusantara yang menyiratkan makna penghormatan besar pada keberagaman warisan budaya, seperti Borobudur yang merupakan warisan budaya berharga yang menyatukan berbagai perbedaan.
Pergelaran IKF pada sesi malam akan menghadirkan Drama Tari Kolosal, Kunto Aji, Citra Scholastika, Indra Utami Tamsir, Didiek SSS dan Calista SSS, Mus Mujiono, Nur Handayani, musisi lintas etnik dan Borobudur Keroncong Orchestra. Adapun sesi sore akan menampilkan tarian tradisi, kelompok keroncong Side of X, Sono Seni Ensemble dan Kos Atos.
BACA JUGA
Tak hanya konser musik, festival ini juga menyuguhkan Drama Tari Kolosal yang dirancang khusus untuk menggambarkan perjalanan dan transformasi keroncong sebagai musik yang tumbuh dari interaksi budaya, sejarah, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
Koordinator Tim Keroncong UNESCO, Erie Setiawan mengatakan musik keroncong memiliki karakter yang sangat fleksibel dan terbuka terhadap berbagai kemungkinan transformasi kreatif. Kemampuan keroncong untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman menjadi kunci agar musik ini tetap relevan dan dicintai lintas generasi.
"Salah satu misi strategis IKF ini adalah meluaskan gema keroncong agar diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Keroncong dinilai memenuhi kriteria sebagai warisan budaya karena merupakan tradisi yang hidup, terus diwariskan antar generasi, serta menjadi bagian dari ekspresi sosial dan praktik komunitas di berbagai daerah.
"Jika nantinya keroncong ditetapkan, dampak positif yang diharapkan antara lain adalah meningkatnya prioritas pelestarian di tingkat nasional, penguatan identitas budaya bangsa, serta pengembangan keroncong sebagai instrumen diplomasi budaya Indonesia di kancah global," katanya.
Ketua Forum Daya Tarik Wisata Kabupaten Magelang, Edward Alfian mengungkapkan Borobudur Moon yang pertama sukses digelar pada awal Oktober 2025 dan diterima masyarakat. "Borobudur Moon bisa mengungkit mulitiplier effect terutama penginapan. Maka Pak Bupati mendorong tim Borobudur Moon untuk menyelenggarakan pergelaran berikutnya. Yang kedua ini menggandeng IKF," jelas Edward Alfian.
Bupati Magelang, Grengseng Pamuji, menyambut positif penyelenggaraan Borobudur Moon edisi Indonesia Keroncong Festival. Ia menilai, Borobudur Moon terus berproses menjadi agenda budaya yang memiliki nilai strategis dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan Borobudur.
"Setiap penyelenggaraan Borobudur Moon selalu mengusung tema yang berbeda, dan kali ini spesial Indonesia Keroncong. Ini menjadi bagian dari proses evaluasi agar Borobudur Moon ke depan benar-benar menjadi salah satu destinasi wisata unggulan," ujar Grengseng.
Menurutnya, Pemkab Magelang membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya dengan berbagai pihak dan komunitas, termasuk potensi seni budaya yang selama ini belum banyak terlibat. Melalui kolaborasi tersebut, diharapkan dapat menggerakkan wisatawan untuk datang ke Borobudur tidak hanya sebagai destinasi sejarah, tetapi juga sebagai pusat aktivitas budaya.
"Kami ingin wisatawan tidak hanya datang sebentar, tetapi tinggal lebih lama (long stay), melihat dan merasakan potensi Borobudur dari berbagai sisi, salah satunya melalui musik keroncong. Harapannya, geliat ekonomi masyarakat sekitar Borobudur juga ikut meningkat," lanjut Grengseng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





