Advertisement

Alih Fungsi Lahan Jadi Ancaman 3.900 Petani Jateng

Andhik Kurniawan
Rabu, 24 Desember 2025 - 12:57 WIB
Sunartono
Alih Fungsi Lahan Jadi Ancaman 3.900 Petani Jateng Foto ilustrasi irigasi pertanian - foto dibuat menggunakan Artificial Intelligence ChatGPT

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah menyoroti alih fungsi lahan yang kian menggerus ruang tanam petani. Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi ribuan petani di tengah upaya menjaga produksi padi daerah.

Kepala Distanbun Jateng Defransisco Dasilva Tavares menyebut sekitar 3.900 petani tergabung dalam gabungan kelompok tani yang perlu terus dijaga keberlanjutannya. Keterbatasan lahan, khususnya pada Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), dinilai mengancam ketahanan pangan.

Advertisement

Selain lahan, tantangan lain meliputi ketersediaan sarana prasarana seperti drainase, pengelolaan air, hingga benih. Pemerintah daerah pun menyiapkan pembinaan dan dukungan alat mesin pertanian agar Jawa Tengah tetap menjadi lumbung padi nasional.

Kepala Distanbun Jateng, Defransisco Dasilva Tavares alias Frans, mengatakan total penduduk di Jawa Tengah sekitar 30 juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 10% memiliki profesi sebagai petani. 

“Ada sekitar 3.900 dari total penduduk di Jateng tergabung dalam Gapoktan [Gabungan Kelompok Tani]. Ini harus kita jaga dan kolaborasi terus,” kata Frans seusai pembagian beras gratis kepada masyarakat di Komplek Tarubudaya Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (24/12/2025).

Menurut Frans, tantangan petani Jateng saat ini tak hanya sebatas ancaman cuaca atau bencana yang bisa menyebabkan puso alias gagal panen. Namun, keterbatasan lahan di tengah laju pembangunan juga perlu menjadi perhatian serius.

“Tantangan saat ini utamanya jangan sampai ada alih funsi lahan, khususnya di lahan lP2B [Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan]. Karena media kita kan tanah buat menanam,” ucapnya.

Setelah lahan tersedia, lanjut Frans, tantangan selanjutnya adalah sarana prasarana. Khususnya drainase untuk membuang kelebihan air atau mengendalikan muka air tanah agar tercipta kondisi ideal bagi pertumbuhan tanaman.

“Setelah itu baru ketersediaan air, lalu benih untuk mementukan produksi,” katanya.

Setelah tantangan berhasil diantisipasi, langkah selanjutnya Distanbun Jateng adalah melakukan pembinaan dan dukungan materiil. Cara ini, bertujuan untuk tetap menjaga angka produksi di Jawa Tengah agar tetap bisa menjadi salah satu lumbung padi nasional.

“Baru setelah itu kita supoort alat mesin pertanian, benih dan sebagainya. Jadi sejak level usaha tani sudah kita perhatikan, termasuk soal serangan hama. Tujuannya agar tanaman tetap berdiri dari panen sampai pasca panen dengan hasil belimpah,” ujarnya.

Sekadar untuk diketahui, setiap tahun, luasan tanam sekitar 12.000 hektare di Jateng bisa hilang akibat alih fungsi lahan. Maka tak heran, provinsi yang memiliki 35 kabupaten/kota ini mencatatkan rekor tertinggi secara nasional untuk alih fungsi lahan.

“Memang, [alih fungsi lahan] paling besar di Jateng. Karena ada KEK Batang dan Kendal. Daerah lain ada [industri], tapi tak sebesar Jawa Tengah,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas.

Pengendalian alih fungsi lahan menjadi kunci agar produksi padi Jawa Tengah tetap terjaga dan keberlangsungan petani tidak tergerus pembangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Espos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

PO Cahaya Trans Setop Operasional Bus AKAP Usai Kecelakaan Maut

PO Cahaya Trans Setop Operasional Bus AKAP Usai Kecelakaan Maut

News
| Rabu, 24 Desember 2025, 16:37 WIB

Advertisement

9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia

9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia

Wisata
| Selasa, 23 Desember 2025, 19:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement