Advertisement

Jenazah PB XIII Keluar Melalui Gapura Gading, Ini Penjelasannya

Ahmad Kurnia Sidik
Rabu, 05 November 2025 - 22:17 WIB
Abdul Hamied Razak
Jenazah PB XIII Keluar Melalui Gapura Gading, Ini Penjelasannya Iring-iringan kereta jenazah Raja Keraton Solo Paku Buwono (PB) XIII keluar melewati Gapura Gading yang merupakan pintu selatan kompleks Keraton Solo, Rabu (5/11/2025). (Solopos - J Howi Widodo)

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO -- Jenazah Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo Paku Buwono atau PB XIII yang wafat pada Minggu (2/11/2025) dimakamkan dimakamkan ke Imogiri, Yogyakarta, Rabu (5/11/2025).

Dalam prosesnya, pelepasan jenazah dari Keraton Solo melalui rute melintasi pintu selatan kompleks Keraton Solo, tepatnya lewat Gapura Gading. Pemilihan rute tersebut bukan tanpa alasan.

Advertisement

Peneliti Sraddha Institute Solo, Rendra Agusta, mengungkapkan pemilihan rute pelepasan jenazah PB XIII itu merupakan tradisi yang syarat makna, sebagaimana saat pelepasan jenazah para Raja Keraton Solo sebelumnya.

Dalam budaya Jawa, lanjut Rendra, dikenal tradisi Purwadaksina yang merupakan tradisi kuno sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Tradisi Purwadaksina tidak luntur meskipun zaman kerajaan beralih ke Islam, khususnya Mataram Islam, sekitar 1586-1755.

“Jadi memang dalam tradisi Mataram Islam ada konsep Purwadaksina yang masih dikenal dan dijalankan,” kata Rendra saat diwawancarai Espos, Rabu (5/11/2025).


Lebih lanjut, dia menjelaskan Purwadaksina terdiri dari dua suku kata ‘Purwa’ yang berarti timur, atau bisa juga diartikan sebagai depan atau awalan. Sementara ‘Daksina’ berarti selatan.

Purwadaksina pada mulanya dimaknai sebagai siklus kehidupan pada tahap kematian dengan ritual berjalan searah jarum jam dari timur ke selatan saat ritual upacara pemakaman.

Namun, dalam perkembangannya, khususnya menurut kebudayaan Jawa pada masa Mataram Islam, Purwadaksina dimaknai sebagai sebuah perjalanan hidup, di mana utara dan selatan menjadi acuan.

“Konsep ini di zaman Jawa Baru Mataram Islam, Purwa dianggap sebagai keberangkatan dari utara dan Daksina dianggap sebagai akhir di selatan. Jadi Purwadaksina menjadi soal awal dan akhir. Awal kehidupan di utara dan berakhir di Daksina atau selatan,” jelasnya.

Filsafat Alam Suwung
Karena itu, para Raja Keraton Solo penerus tradisi Mataram Islam kemudian merawat tradisi ini dan menganggap jika ada kematian, maka rute yang dipilih untuk keluar Keraton Solo adalah melalui jalur di sisi selatan kompleks Keraton.

“Raja juga dianggap sebagai simbol kehidupan, karena itu selama hidup, dalam anggapan tradisi Jawa, Sang Raja tidak boleh mendatangi wilayah sengkeran [tempat mengurung atau simbol kematian], termasuk jalur-jalur di sisi selatan. Namun, berkaitan dengan kematian, mereka akan melewati bagian selatan dalam hal ini plengkung [gapura] Gading,” jelasnya.


Hampir senada, salah satu kerabat Keraton Solo, KPH Eddy Wirabhumi, saat ditemui awak media pada Selasa (4/11/2025), juga menjelaskan pemilihan rute selatan atau Gapura Gading sebagai pintu keluar jenazah PB XIII didasari oleh filosofi alam suwung.

Alun-alun Selatan merupakan salah satu yang dianggap sebagai simbol kematian dengan ditandai adanya dua gerbong kereta yang diletakkan di sana. “Kalau kembali ke yang disampaikan PB X, Keraton itu jangan dilihat dari wujud fisiknya, tapi makna filosofinya,” kata dia.

"Ini mengajarkan kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal. Alun-alun Selatan itu konsepnya dalam filsafat alam suwung atau sudah masuk ke alam sana," kata dia.

Seperti diketahui, rute pelepasan jenazah PB XIII dari persemayamannya di Sasana Parasdya, kemudian ke Sasana Sewaka menuju Magangan. Setelah itu, perjalanan berlanjut ke selatan melintasi gapura gading untuk keluar kompleks Keraton Solo, dan baru melanjutkan perjalanan lagi ke barat di Jl Veteran.

Perjalanan masih berlanjut hingga simpang Gemblegan berbelok ke utara hingga Nonongan, dan masuk ke Jl Slamet Riyadi, dengan tujuan Loji Gandrung untuk transit. Dari Loji Gandrung, peti jenazah dipindahkan ke mobil jenazah untuk dibawa ke Makam Raja-raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : espos.id

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Ratusan Warga Terisolasi Akibat Banjir Lahar Gunung Semeru

Ratusan Warga Terisolasi Akibat Banjir Lahar Gunung Semeru

News
| Rabu, 05 November 2025, 22:47 WIB

Advertisement

Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa

Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa

Wisata
| Sabtu, 01 November 2025, 16:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement